Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya: Kontekstualisme Arsitektur Cina pada Kompleks Gedung Permaba, Bandung

Fajar Arief Syahputra, Nadia Khairunnisa, Hanani Asma Aulia, Nikho Asruri, Nurtati Soewarno

Sari


ABSTRAK
Kota selalu mengalami perubahan dari masa ke masa yang dapat dikenal dari berbagai peninggalan yang tersisa, baik situs, bangunan, maupun kawasan. Kawasan peninggalan dapat dikenali dari bentuk dan gaya bangunannya yang mencerminkan masyarakatnya, salah satunya adalah Pecinan. Kawasan ini identik dengan kawasan perdagangan yang mudah dikenali dari tipologi bangunan rumah-toko bergaya arsitektur Cina dan Kelenteng.
Pesatnya perkembangan perekonomian kota mendorong terjadinya berbagai perubahan, baik ekonomi, sosial, maupun budaya. Saat ini rumah-toko bergaya arsitektur Cina sudah langka ditemukan berganti dengan rumah-toko dan bangunan komersil lain berlantai banyak bergaya modern. Apakah kawasan ini masih dapat disebut Pecinan? Bagaimana mengembalikan kawasan Pecinan sebagai bagian dari sejarah pembentukan kota Bandung?
Makalah ini akan membahas upaya revitalisasi pada bangunan cagar budaya eks-bioskop milik Permaba (Persatuan Masyarakat Bandung) di kawasan Pecinan. Kontekstual terhadap bangunan cagar budaya Kelenteng diterapkan pada kompleks perbelanjaan dan kuliner yang dibangun baru berlokasi dibelakang gedung Permaba. Metoda observasi dan wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kandungan terapan gaya arsitektur Cina pada kompleks ini sehingga terlihat konteks dengan bangunan Kelenteng. Dapatkah kawasan ini menjadi ciri kawasan Pecinan yang sudah hampir tidak dapat dikenali lagi? Diharapkan upaya revitalisasi bangunan Permaba dapat sejalan dengan tujuan Pemerintah Kota menghidupkan kembali kawasan Pecinan di kota Bandung.
Kata kunci: Kontekstual, Arsitektur Cina, Revitalisasi Bangunan Permaba.
ABSTRACT
City always changes through time, it can be known from various remaining heritage, site, building, and area. Heritage area can be known from it shape and builduing site that reflected its society, Pecinan for example. This areas are identical with tradement area that are easy to identify from Chinese style shophouse building tipology and temple.
High city development inisiate various changes, its economic, sosial, and culture. Nowadays, Chinese style shophouses are rarely seen, it changes to modern style shophouses and middle rise bulidng. Are these area still can be called Pecinan? How to restore Pecinan area as part of Bandung city formation.
This research encompass revitalization efforts on cultural conserved ex-cinema building owned by Permaba (Persatuan Masyarakat Bandung) in Pecinan. Contextualism towards cultural conserved temple were implied in new shopping and food complex building located at the back of the Permaba building. Observation and interview methods were used to identify Chinese architecture impliment in the complex on suiting temple contextual. Could this area become the Pecinan characterisitc area that can’t be identified no longer? Hope that Permaba builidng revitalization efforts can parallel with City Council goals to restore Pecinan area in Bandung city.
Keywords: Contextual, Chinese Architecture, Permaba Building Revitalization

Teks Lengkap:

PDF


DOI: https://doi.org/10.26760/rekakarsa.v6i4.3676

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.



ISSN elektronik 2338-6592

Diterbitkan oleh :
Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain,
Institut Teknologi Nasional Bandung
Alamat : Gedung 17 Lantai 1 Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124
Kontak : Tel. 7272215 (ext. 151) Fax. 7202892
Email : rekakarsa@itenas.ac.id


Terindeks :

  


Didukung Oleh :

  


Kerja Sama :

aptari  IAI-Jawa Barat



Jurnal ini terlisensi oleh  Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License