Evaluasi Pelestarian Arsitektur Museum Bahari Jakarta

Gregorius Vincent Sugian, Alwin Suryono Sombu

Sari


Bangunan cagar budaya merupakan bagian dari cagar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa. Oleh karena itu, bangunan cagar budaya wajib dilestarikan mutu dan juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Museum Bahari menjadi salah satu bangunan cagar budaya signifikan yang berada di Kota Tua Jakarta yang dulunya merupakan gudang rempah-rempah Belanda di Indonesia. Sebagai bangunan cagar budaya, Museum Bahari masih terus dilestarikan sampai saat ini. Namun, melihat dari kondisi bangunan tersebut di masa kini, terdapat beberapa elemen arsitektur dari Museum Bahari yang mulai mengalami penurunan mutu dan beberapa elemen lainnya sudah tidak lagi mengandung nilai yang ada di masa lalu. Penelitian ini mengungkap berbagai macam elemen arsitektur signifikan dari museum Bahari yang mengandung nilai-nilai, dan tindakan pelestarian yang tepat untuk dilakukan menyesuaikan dengan kondisinya saat ini. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pelestarian terhadap elemen sudah dilakukan dengan benar, namun terdapat juga beberapa yang elemen yang memerlukan intervensi pelestarian yang lebih besar. Salah satu elemen arsitektural Museum Bahari yang penting untuk direstorasi adalah Kali Ciliwung di depan Museum Bahari yang dulunya menjadi satu-satunya akses masuk perahu-perahu yang membawa rempah-rempah. Kali Ciliwung depan museum ini bisa direstorasi kembali kondisinya seperti di masa lalu dan menjadi pendorong ekonomi dan potensi wisata baru bagi para turis.


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Arsip Nasional Republik Indonesia. (n.d.). Kota Batavia Dan Kawasan sekitarnya. Kota Batavia dan Kawasan Sekitarnya :: Sejarah Nusantara. https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarunmaincategory/4/ (diakses tanggal 13 Oktober 2022)

Trihayati, D. (2018). Dari Westzijdsche pakhuizen menjadi museum bahari. Direktorat Pelindungan Kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/westzijdsche-pakhuizen-menjadi-museum-bahari/ (diakses tanggal 13 Oktober 2022)

Orbasli, A. (2008). Architectural conservation: principles and practice (pp 3-65). Oxford: Blackwell Publising.

Forsyth, M. (Ed.). (2007). Understanding historic building conservation (pp.156-168). Oxford: Blackwell Publishing.

Roth, L. M. (2018). Understanding architecture: Its elements, history, and meaning (pp. 9-159). Oxford University Press.

Feilden, B. (2003). Conservation of historic buildings (3rd ed., pp.1-12). Oxford: Architectural Press.

Handayani, Y., & Harie, S. (2021). Museum Bahari Sebagai Media Pembelajaran Sejarah. Alur Sejarah: Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(2).

Ruri, A. (28 September 2022). Wawancara pribadi [Kronologi sejarah Museum Bahari]

Attahiyyat, C. (6 Oktober 2022). Wawancara pribadi [Proses pengelolaan rempah-rempah dalam Museum Bahari]

Nugraha, R. N., & Rosa, P. D. (2022). Pengelolaan Museum Bahari Sebagai Daya Tarik Wisata Edukasi Di Jakarta. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(6), pp. 6477-6486.




DOI: https://doi.org/10.26760/terracotta.v4i3.8930

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.



ISSN elektronik 2716-4667

Diterbitkan oleh :

Program Studi Arsitektur,  Institut Teknologi Nasional Bandung

Alamat :  Gedung 17 Lantai 1 Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124

Kontak : Tel. 7272215 (ext. 151) Fax. 7202892

Email : terracotta@itenas.ac.id


Terindeks :

 


Didukung Oleh :

     


Kerja Sama :

aptari    IAI-Jawa Barat



Jurnal ini terlisensi oleh Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License