Pola Spasial Permukiman Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta

Dwi Kustianingrum, Bening Embunpagi, Riska Nur Azizah, Dyah Indraswari

Sari


Abstrak

Permukiman merupakan wujud dari kebudayaan manusia untuk hidup, berkembang, dan bertahan hidup. Manusia menciptakan tempat tinggal sesuai kepentingannya dalam suatu lingkungan. Proses pembentukan permukiman dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik berupa sistem sosial budaya, ekonomi, pemerintahan, pedidikan maupun teknologi. Kelurahan Laweyan, Surakarta, merupakan salah satu permukiman yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan RW 02 yang sudah menjadi pedagang batik sejak abad ke-15 sehingga membentuk pola spasial permukiman khusus dan membentuk karakteristik yang menarik untuk diteliti dengan metoda deskriptif kualitatif. Area permukiman terbangun dan tidak terbangun membentuk pola permukiman grid-linear. Area permukiman tidak terbangun berfungsi sebagai sirkulasi dan ruang terbuka. Sirkulasi yang terbentuk berupa jalan sempit dan ruang terbuka yang terbentuk berupa ruang terbuka publik pada simpul permukiman dan ruang terbuka privat berada di dalam kavling rumah tinggal. Terdapat pula elemen pembentuk citra kawasan yaitu simpul dan tetenger. Simpul sebagai perpotongan aktivitas masyarakat dan tengaran berupa tugu batik dan Langgar Al-Makmoer.

Kata kunci: permukiman, pola spasial, Kampoeng Batik Laweyan

Abstract

Settlement is an entity from culture and existence of human to live, grow and survive. Man creates house in an environment as they need. Forming process of the settlement affected by physical and non-physical thing, such as social culture system, economy, government, education, or technology. Laweyan Village, Surakarta, is one of settlement which in its forming process affected by these factors. The society that has became batik workers and seller since 15th century form a special spatial pattern and settlement characteristic make it interesting to be researched with qualitative-descriptive method. The built and unbuilt areas of the settlement formed grid-linear settlement pattern. The un built areas are used for circulation as narrow streets or public squares. Public squares in settlement‟s nodes and private squares inside the dwellings kavling. The city image elements are nodes and landmarks. Settlement node as activity intersection. Batik statue and Al-Makmoer mosque as landmarks.

Keyword: Settlement, spatial pattern, Kampoeng Batik Laweyan

Teks Lengkap:

PDF


DOI: https://doi.org/10.26760/rekakarsa.v3i1.630

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.



ISSN elektronik 2338-6592

Diterbitkan oleh :
Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain,
Institut Teknologi Nasional Bandung
Alamat : Gedung 17 Lantai 1 Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124
Kontak : Tel. 7272215 (ext. 151) Fax. 7202892
Email : rekakarsa@itenas.ac.id


Terindeks :

  


Didukung Oleh :

  


Kerja Sama :

aptari  IAI-Jawa Barat



Jurnal ini terlisensi oleh  Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License